semudah kita menggerakkan kaki mengikuti irama.
Berbicara masalah komitmen dan konsisten menulis. harus dipegang teguh oleh penulis jika ingin ada perubahan pada dirinya, Perubahan ke arah yang positif tentunya.
Menulis itu mudah merupakan tema yang akan beliau bagikan dengan berbagai tips dan triknya di malam ini.
Sebelumnya..mari kita buka terlebih dahulu dengan berdoa bersama, agar kegiatan kita lancar adanya dari awal hingga paripurna.
Mohon bapak ibu supaya duduk dengan sikap sempurna, berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing - masing...
Mari kita Sambut Prof. NGAINUN NAIM, seorang dosen di Perguruan Tinggi Negeri
Terima kasih Bu ELY SURYANI yang menjadi moderator malam ini. Assalamualaikum Wr Wb. Malam ini saya mendapatkan amanah itu menyampaikan materi WRITING IS EASY?
Topik ini menarik.
Saya tidak akan menjelaskan bahwa menulis itu mudah atau sulit. Saya hanya ingin mengajak Bapak Ibu sekalian bisa menulis. CAranya satu: dengan menulis.
Pertanyaannya: apa yang mau ditulis? Saya punya satu tulisan sederhana. Tulisan beberapa tahun lalu.
https://ngainun-naim.blogspot.com/2016/06/suatu-sore-di-bulan-ramadhan.html.
Tulisan ini hanya beberapa paragraf. Berkisah tentang suasana ramadhan di ALun-Alun Trenggalek tempat saya tinggal.
https://www.spirit-literasi.id/2022/12/dari-wa-ke-dunia-nyata.html
Ini contoh lagi tentang kisah pertemuan saya dengan seorang sahabat yang sebelumnya hanya saya kenal di WA. Kalau ini tulisannya lumayan panjang.
Intinya saya ingin menyampaikan salah satu kunci menulis yang mudah
(1) Menulislah hal-hal sederhana yang kita alami.
Jadi pengalaman hidup sehari-hari itu sumber tulisan yang subur. Kita akan mudah menuliskannya karena kita menceritakan apa yang kita alami.
Tinggal kita memilih aspek apa yang mau kita ceritakan. Ya. Jadi ya apa yang kita alami sehari-hari. Tulis saja. Jangan takut salah atau jelek. Takutlah jika tidak menulis Bapak Bapak Ibu sekalian.
Jika kunci (1) dijalankan, menulis akan mudah.
Kunci ke (2): jangan menulis sambil dibaca lalu diedit.
Itu menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran. Itu menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran. Nulis itu ya nulis.
Keluarkan saja apa yang ada dalam pikiran secara bebas. Wah.. selama ini... satu paragraf.. baca.. edit. Keliru ya Prof? ( Narasumber)
Terus saja menulis. Nah, selesai menulis atau karena sudah habis yang mau ditulis, tinggalkan dulu. Simpan di computer,Jangan dibaca dulu, Cari suasana psikologis yang berbeda.
Istilahnya ENDAPKAN DULU.Saat berbeda, misalnya nulisnya pagi, maka saat sore baru dibaca. Cermati kalimat demi kalimat. Tambahkan ide yang ada jika memang perlu ditambah. Jika ada typo, perbaiki.
Sebelum mengunggah ke blog atau Kompasiana, saya selalu membaca ulang tulisan saya. Bisa sekali atau dua kali. Prinsip saya sederhana: meminimalkan hal yang tidak sesuai dengan keinginan saya.
Kenapa? Karena tulisan kita adalah jejak kita.
https://www.kompasiana.com/ngainun-naim.berbagi/63d1f30408a8b51db6795d52/menjadikan-literasi-sebagai-tradisi.
Ini contoh tulisan saya yang saya edit beberapa kali. Ada yang komentar tulisan saya berat-berat, padahal ringan he he he. Saya menulis keduanya Bu, Berat dan ringan.
Berat itu ya untuk kepentingan akademik karena saya seorang guru besar. Ringan itu untuk kepentingan publik karena saya menyukai menulis apa pun.
Ke (3) menulis tentang perjalanan.
Ini juga jenis tulisan yang mudah dibuat. Termuda sih bukan Bu. Dulu mungkin saat SK turun, satu angkatan memang termuda. Sekarang sudah banyak yang lebih muda.
https://www.spirit-literasi.id/2022/01/kado-sangat-indah-di-awal-tahun.html
Kita semua sangat sering melakukan perjalanan. Saya sendiri baru sampai di rumah jam 18.20 setelah dari Jakarta tadi siang. Nah, apa-apa yang kita lakukan di perjalanan bisa kita tulis.
Jika Bapak Ibu rekreasi, tulis saja hal-hal yang Bapak Ibu alami. Itu mudah karena kita menjalaninya.
https://ngainun-naim.blogspot.com/2020/02/senja-di-pantai-warna-oesapa.html
https://ngainun-naim.blogspot.com/2020/02/senja-di-pantai-warna-oesapa.html
Ini contoh catatan saya ke Kupang sebelum pandemi.
Baik, saya akan berikan satu lagi kunci menulis yang membuat menulis menjadi mudah, yaitu MENULIS SECARA NGEMIL. Sedikit demi sedikit.
Saya nyaris setiap hari menulis beberapa jenis tulisan. Tidak banyak. Untuk blog atau Kompasiana, saya menarget 3-5 paragraf. Untuk artikel jurnal, saya menarget 1 paragraf. Itu target minimal. Itu yang saya perjuangkan.
Pagi saya menulis artikel jurnal 1 paragraf. Sampai di kantor saya menulis untuk blog. Paling 1-2 paragraf.
https://www.spirit-literasi.id/2022/04/jejak-dari-bukittinggi-dari-ngarai.html
Ini tadi yang dicari ya Bu Saya kira 4 hal itu saja yang saya sampaikan. Itu mudah untuk dipraktikkan. Kalau jenis tulisan ilmiah, beda lagi.
Mau tanya Bu, saya Dewi dari Seruyan Kalteng. Kadang banyak orang yang menganggap menulis itu susah dengan barbagai macam alasan, bagaimana caranya agar kita bisa memberikan keyakinan kpd mareka bahwa menulis itu sebenarnya tidak susah? Sehingga kita bisa mengajak orang2 disekitar kita juga menyukai literasi terutama menulis ini. Terimakasih
Baik. Pertanyaan menarik dari Bu Dewi di Kalteng. Saya sejauh ini berpikir terbalik. Saya mewajibkan diri saya terus menulis. Orang lain itu tidak saya paksa untuk menulis. Jika saya menjadi teladan, mereka akan terinspirasi dan mengikuti. Sejauh ini saya memiliki banyak sekali "murid" yang menulis setiap hari. Ya, setiap hari.
Contoh penulisan jurnal: ada.
https://www.spirit-literasi.id/2022/08/menulis-penelitian-dan-artikel-jurnal.html.
https://scholar.google.co.id/citations?user=SbPI0fkAAAAJ&hl=id&oi=ao
Ini Google Scholar saya. Silahkan baca sekian puluh eh sekian ratus artikel jurnal saya.
Nama: *Evridus Mangung- dari NTT* P1. Menulislah hal-hal sederhana. Ini pernyataan yang keren dari narsum malam ini. Pertanyaannya adalah bagaimana cara untuk mengatasi hal-hal seperti kesulitan memulai menulis pada alinea awal. Sudah ada gagasan dalam kepala tetapi tidak tahu bagaimana menulisnya. Hal ini terjadi di awal-awal sebelum menulis pargaraf pertama dalam tulisan.
Terima kasih. Saya cukup sering membaca puisi beliau. Kesulitan itu biasanya karena persoalan psikologis. Takut jelek, takut salah, dan seterusnya. Itu harus dilawan. Caranya pokoknya ya ditulis. Bisa dilihat dari blog saya. Saya selalu mengawali tulisan dengan prolog sederhana. Ini sebagai pintu masuk untuk paragraf demi paragraf berikutnya. Kata salah seorang penulis: cara melawan kesulitan adalah dengan melakukan.
Imro'atus Sholihah_MTsN 4 Jombang Jatim Bagaimana agar menulis itu benar-benar mudah?
Kapan hari itu ketemu beliau saat saya menguji disertasi Kepala Madrasah beliau. Baik, langkah awalnya itu dipaksa. Ya, tidak ada yang benar-benar mudah dalam hidup ini. Saya bisa naik sepeda itu karena dipaksa. Ya, beberapa kali jatuh. Tapi sekarang benar-benar mudah. Ndak mikir.
Dulu saya berjalan saat kecil itu juga dipaksa oleh orang tua. Sekarang benar-benar mudah. Jadi jika menulis ingin benar-benar mudah, paksalah untuk menulis setiap hari. Jika mampu menulis setiap hari selama tiga bulan, buktikan nanti akan ketagihan.
Assalamu'alaikum. Prof. melihat 2 blog yang dikirim, saya melihat dari segi penulisan. EYD dan rapi pada blog yang ke 2, dibanding blog 1. dan perbandingan di kompasiana.
Apakah dalam penulisan blog ada aturan yang mengikat? atau suka-suka kita, karena saya lihat tulisan pada blog rapi, pakai rerata tengah, sedangkan pd kompasiana rerata kiri padahal sdh diedit beberapa kali oleh Prof.
Semua tulisan saya usahakan untuk saya edit sebaik mungkin. Blog pertama: blogspot. Ini blog gratis. Jadi tata letak dan sebagainya sederhana. Blog kedua: spirit literasi itu berbayar. Jadi lebih bagus dari sisi isi dan tata letak. Kalau Kompasiana, saya tidak tahu. Tahunya saya unggah tulisan, sudah.
Pertanyaan dari Teguh Wiyono Bekasi Jika menyimak paparan prof. Sepertinya menulis itu memang mudah.
Namun sering kali, kita terjebak dengan ego kita.. masa tulisan yang diangkat cuma kayak gitu..bagaimana menyikapi hal ini prof?
Lawan terbesar penulis adalah diri sendiri. Itu butuh perjuangan. Saya juga mengalaminya. Seiring perjalanan waktu, saya mengabaikan itu. Pokoknya saya menulis saja. Kualitas itu akan meningkat seiring dengan banyaknya karya yang kita hasilkan. Tentu juga harus belajar tanpa henti. Saya sampai sekarang masih terus belajar, mencari informasi, menonton YouTube, membaca, dan terus menulis. Jadi teruslah menulis. Bagaimana kualitas bisa meningkat jika berhenti menulis?
Jika nulisnya nyicil, saya sering kehilangan orientasi, jadi mesti ngumpulin lagi bayangan tentang apa yang tadi mau ditulis. Adakah cara untuk mengatasinya?
Tentu ada. Jadi biasakan membuat TEMPLATE atau semacam ancangan (kerangka) sederhana saat membiasakan menulis secara nyicil. Misalnya: Saya mau menulis tentang: EMPAT HAL YANG MUDAH DITULIS. Paragraf satu: buat panduan: Menulis Itu mudah apa sulit?
Paragraf 2: Menulis yang dialami.Paragraf 3: Menulis Perjalanan Dan seterusnya.
Jadi setiap paragraf sudah ada kata kuncinya biar tidak liar ke mana-mana. Itu memudahkan kita dalam mengeksekusi ide saat memilih metode NYICIL
Assalamualaikum Pak...sy Sri Mulyati dr Cirebon...klau kita menulis setiap hari secara Ngemil...apakah dgn judul yang berbeda bisa d buat sebuah buku???mksh
Waalaikumsalam. Sangat bisa. Tinggal tulisan demi tulisan dikumpulkan. Diberi judul, kata pengantar, daftar isi dan biodata penulis. Sudah jadi buku. Banyak buku, termasuk beberapa buku saya, yang merupakan kumpulan dari menulis setiap hari
Assalamualaikum, Ibu Lely. Saya Eka Yulia dari Kalteng, titip pertanyaan untuk Prof. Ngainun.
Menurut Prof, ketika kita akan menulis dengan tujuan untuk di share di blog atau media manapun yang nantinya akan dibaca banyak orang, sebaiknya mengambil tema harian yang kita alami (seperti kiat dari Prof.) Atau mengangkat tema yang tengah booming?
Waalaikumsalam. Bisa dua-duanya. Intinya pilihlah yang kita bisa. Jika booming tetapi ndak bisa menyelesaikan tulisan ya jangan dipilih. Tulislah sesuai yang kita mampu.
https://www.youtube.com/watch?v=xliu1sCtkAQ
Bagaimana cara memunculkan ide supaya bisa menulis dengan sudut pandang yang berbeda, intinya punya kesan yg lebih bermakna?
Banyak membaca. Banyak berlatih. Terus menulis. Hanya itu cara yang saya praktikkan. Tidak ada yang instan.
Assalamu'alaikum. Saya Rahman Dari Sumenep Madura. Ijin bertanya Prof. Ditengah kesibukan Prof Naim masih bisa enjoy dan membagi waktunya walau dalam perjalanan masih bisa menghasilkan sebuah karya dan cerita yang bagus. Apakah ada hal yang bisa kami lakukan sebagai penulis pemula agar bisa rilek menulis. Terkadang konsentrasi buyar disaat asik menulis namun tiba-tiba ada gangguan datang tiba-tiba. Kedua, kami masih sulit membagi waktu. Terkadang butuh suasana sepi ide saya baru muncul dengan natural. Terima kasih
Waalaikumsalam. Saya berusaha menikmati semua yang saya kerjakan. Kesibukan itu bukan hambatan menulis. Kuncinya komitmen yang dijalankan dengan riang gembira. Jika ada orang beralasan sibuk lalu tidak menulis, saya hampir yakin ketika banyak waktu luang pun juga tetap tidak menulis.
Konsentrasi itu soal latihan. Sebaiknya memang ketika menulis, HP dimatikan. Itu gangguan terbesar. Jadi fokuslah dan teruslah berlatih.
Saya pemula dalam menulis, tapi koq nafsu banget nulis yang berat berat, dan betul hasilnya gak pernah selesai _tuh_ tulisan....
Bagaimana cara menundukkan nafsu tersebut prof
Nafsu itu bukan untuk dibunuh tetapi dikelola. Sekarang turunkan target. Jangan yang berat dulu. Imbangi yang sederhana dan ringan tetapi selesai. Itu namanya tulisan berbasis otak kanan. Nah, yang berat itu basisnya otak kiri. Mulainya sebaiknya dari otak kanan. Nanti yang otak kiri akan ikut dengan sendirinya. Selamat mencoba.
Izin bertanya bun
saya Candra dari Jakarta
saya ingin bertanya Prof ..Apakah metode menulis mengemil ini efektif prof , terutama bagi kami yg pemula adakah
Metode itu alat. NGEMIL itu metode. Efektif atau tidak itu ya tergantung kita yang menerapkan. Kalau untuk saya dan beberapa penulis, cukup efektif. Bisa simak jawaban saya untuk pertanyaan ke enam.
Prof, Jika menulis dari hal-hal yang kita alami, apabila yang kita alami begitu datar, biasa-biasa saja, tidak ada yang spesial, bagaimana tulisan kita menjadi menarik untuk dibaca?
Bagaimana cara menjadikan apa yang kita alami itu menjadi sesuatu yang spesial, yang bisa dijadikn ide untuk menulis?
Menjadikan cerita tidak spesial menjadi spesial bagaimana prof?
Waalaikumsalam. Tentu harus banyak membaca, mengamati dan menganalisis tulisan demi tulisan orang yang menulis hal-hal semacam ini. Membaca itu amunisi menulis. Banyak membaca membuat imajinasi kita kaya. Pilihan kosakata bervariasi. Data biasa mampu diolah secara luar biasa. Kuncinya memang sering latihan. Tidak ada yang langsung baik. Butuh terus berlatih agar yang awalnya biasa menjadi luar biasa
Prof, Jika menulis dari hal-hal yang kita alami, apabila yang kita alami begitu datar, biasa-biasa saja, tidak ada yang spesial, bagaimana tulisan kita menjadi menarik untuk dibaca?
Bagaimana cara menjadikan apa yang kita alami itu menjadi sesuatu yang spesial, yang bisa dijadikn ide untuk menulis?
Menjadikan cerita tidak spesial menjadi spesial bagaimana prof?
Sama dengan yang ke-14 Bu
Nama : Nurmiati dari Temanggung
Pada pemaparan materi yang telah disampaikan Prof kita pada awalnya menulis bebas saja, Pertanyaannya saya (1) kapan kita harus mengutip karya orang lain? bagaimana tips mengutip karya orang lain?
(2) Bagaimana mensiasati buku rujukan harus yang terbaru, sedangkan buku cetak terbitan lama?
Terimakasih atas jawabannya Prof
Kalau ini sudah masuk kategori ilmiah populer, seperti beberapa tulisan saya di Kompasiana. KApan harus mengutip? Ya ketika kita memang merujuk ke pikiran orang lain di sebuah buku. Jika itu memang murni pikiran kita ya tidak perlu mengutip. Syaratnya harus betul-betul pikiran kita. (2) Sekarang ini tersedia banyak sumber referensi online.
https://scholar.google.co.id/
https://www.mendeley.com/
https://www.academia.edu/
Di situs itu banyak buku dan artikel yang bisa kita download gratis. Itu mengatasi buku cetak lama
Saya Dyah dari Kabupaten Bandung Barat
saya penulis pemula, jadi masih banyak rasa takut untuk memposting tulisan di blog, apakah ada etika menulis secara online? karena tulisan kita dibaca oleh orang banyak, takutnya ada yang tersinggung dsb
Sepanjang tulisan itu karya kita yang tidak bertentangan dengan SARA, ya tidak masalah. Musuh terbesar penulis itu diri sendiri. Misalnya takut, malu, kuatir dan sejenisnya jika tulisan kita diposting. Jika ingin jadi penulis, abaikan hal-hal semacam itu. Dikritik, biasa. Itu sarana untuk memperbaiki tulisan kita. Saya sudah kenyang kritikan dan review. Justru itu, menurut saya, jalan untuk maju.
Dulu saya semangat sekali untuk menulis, dari ketika anak saya baru satu, dan ketika itu status saya masih guru honorer, ide saya selalu muncul tentang artikel parenting dan dongeng anak. Saya juga sudah menulis dua buku tunggal dan 18 buku antologi dengan tim komunitas penulis kab Bekasi. Saya juga pernah menjadi editor. Namun sekarang ini setelah saya diangkat menjadi ASN PPPK, saya sibuk dengan pekerjaan, tidak ada motivas
Dulu saya semangat sekali untuk menulis, dari ketika anak saya baru satu, dan ketika itu status saya masih guru honorer, ide saya selalu muncul tentang artikel parenting dan dongeng anak. Saya juga sudah menulis dua buku tunggal dan 18 buku antologi dengan tim komunitas penulis kab Bekasi. Saya juga pernah menjadi editor. Namun sekarang ini setelah saya diangkat menjadi ASN PPPK, saya sibuk dengan pekerjaan, tidak ada motivasi di lingkungan kerja tentang kepenulisan, dan juga saat ini saya dikaruniai 5 orang anak yg semuanya masih di bawah umur. Ide saya selalu muncul, tapi saya kehabisan waktu dan tenaga untuk menulis. Bagaimana cara untuk mempertahankan ide?Supaya tidak lupa
Segera eksekusi. Manfaat jeda waktu. Jaga semangat. Yakinlah bahwa menulis itu memberikan barakah hidup.
Assalamualaikum saya sugiharto dari MAN 1 brebes, izin bertanya prof. Sebaiknya kita menulis dulu baru menentukan judul, atau menentukan judul baru menulis? Terimakasih
Waalaikumsalam. Tidak ada patokan. Kondisional.
Saya agustin dari Jakarta,
Setiap perjalanan kita bisa tuliskan... Spt yg disampaikan prof.
Prof... Apakah tulisan yg kita tuliskan harus mengalir begitu saja dengan melihat apapun? Lalu, haruskah tulisan kita ada kandungan manfaat atau hikmah untuk pembaca?
Karena, banyak tulisan yg sy baca, kosong seperti tulisan saya prof.
Bagaimana Prof menanggapinya?
Silahkan baca artikel saya ya Mbak Agustin https://www.spirit-literasi.id/2022/11/strategi-menulis-tentang-perjalanan.html.
Bagaimana supaya tulisan yang kita tulis dimuat di jurnal.
Karena Kompasiana tidak bisa jadi angka kredit. Jurnal sudah pasti bisa.
Baca artikel saya ini. https://www.spirit-literasi.id/2022/09/slot-dan-waktu-terbit.html
Ada beberapa tulisan saya di blog itu, silahkan kunjungi
1. Banyak sekali yang ingin saya tulis, dan kalimat demi kalimat sudah berlalu lalang di kepala....tapi untuk menuangkan menjadi tulisan sulit rasanya.
Lalu dipaksa untuk menulis namun kalimatnya jadi tidak runtut.
Bagaimana cara mengatasinya ?
2. Kalau kita menulis kegiatan orang lain, atau pengalaman hidup orang lain , apakah dalam etika menulis itu dibolehkan.?Apakah ketika kita menuliskannya disebutkan nama , tempat dll nya ....seperti sebuah berita?
Ataukah bisa kita ubah menjadi cerita fiksi ?( Namanya disamarkan )
(1) Menulis itu ada tahapan setelah menuangkan ide dalam kalimat, yaitu EDITING. Di sini tugas kita merapikan yang tidak runtut. Menyambungkan yang tidak nyambung. Jadi kalau saat menulis masih kacau tidak apa-apa. Nanti kita perbaiki saat editing.
(2) Sebaiknya izin.
Prof.. tadi ada pertanyaan sejenis ini apa belum prof..?
Pertanyaan: Adakah syarat atau ketentuan agar tulisan bisa dimuat di jurnal?
https://www.spirit-literasi.id/2022/09/kunjungi-jurnal-tujuan.html, https://www.spirit-literasi.id/2022/09/penyebab-penolakan-artikel-jurnal.html, https://www.spirit-literasi.id/2022/09/dari-lima-belas-menit-hingga-lima-belas.html, Baca artikel-artikel tersebut ya.
Assalamualaikum....Wahyuning dari Jakarta... ngemil menulis sering saya lakukan baik di blog, kompasiana, maupun di komputer saja. Tapi, ketika dipilah2 untuk menjadikannya sebuah buku, saya malah bingung untuk membuat judul yang tepat. Bagaimana menentukan judul buku yang tepat dari cemilan tulisan tersebut? Terima kasih. Salam hormat pak Yai
Waalaikumsalam. Bisa memakai judul umum. Misalnya KOMPILASI CATATAN HARIAN. Jadi temanya kan sangat umum. Pilihan lainnya, mulai sekarang coba rancang bab demi bab yang temanya berdekatan, lalu cicil secara ngemil, jadinya nantinya mudah jika dijadikan sebagai buku
Lit H R UTAMI: HR. Utami_Semarang_tanya: Kita sering mendapatkan motivasi serupa ini ya, 'Menulis Itu mudah', "Menulislah setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi' (mantra sakti OmDok Jay. 'Mulailah dari yang sederhana, yang dilihat, dialami", dan banyak lagi. Persoalannya, menuangkan begitu saja, kemudian published apa bisa dilakukan terus menerus. ASpa tidak perlu mengoreksi bahasa (diksi, dan perangkat bahasanya? Jika bukan kita yang merawat bahasa kita, siapa lagi? lama-lama bahasa Indonesia bisa rusak dong. Bagaimana, Prof.? Matur nuwun.
Menulis setiap hari bukan berarti tanpa editing. Ibu bisa simak penjelasan saya di atas. Aspek yang penting dari menulis itu adalah kemampuan mengeluarkan ide dan gagasan menjadi tulisan. Ini jangan dipagari dulu dengan teori ini dan itu. Berani dulu. Artinya, ini tahapan yang belum selesai. Nah, setelah tulisan jadi, baru diedit. Itu dua hal berbeda. Jika menulis itu diawali dari harus begini, harus begitu, maka jadinya kayak mahasiswa yang menulis skripsi itu. Takut salah. Takut ini itu. Jadinya ya nggak jadi-jadi.
Mohon maaf Prof ngainun naim.
Dari penjelasan Prof, itu sepertinya sangat mudah, tetapi kenyataan kita kesusahan untuk memulai nya, bagaimana cara menghilangkan rasa takut, dan malas pada diri kita?
Karena kebanyakan merasa takut tulisan nya jelek, takutnya tulisanya tidak ada yang baca, takut tulisannya tidak besumber, mohon pencerahannya Prof! Terima kasih sebelum dan sesudahnya
Awalnya dipaksa. Lawan ketakutan. Jika tidak dipaksa, tetap tidak akan bisa. Bangun komitmen menulis setiap hari. Jika mampu komitmen selama tiga bulan, nanti bisa menjadi tradisi. Selamat mencoba
Mohon maaf mau bertanya, bagaimana agar ketika menulis kegiatan sehari-hari atau peristiwa yang kita alami, bisa lebih berwarna dan tidak membosankan saat dibaca. Mksh
Waalaikumsalam. Tentu harus banyak membaca, mengamati dan menganalisis tulisan demi tulisan orang yang menulis hal-hal semacam ini. Membaca itu amunisi menulis. Banyak membaca membuat imajinasi kita kaya. Pilihan kosakata bervariasi. Data biasa mampu diolah secara luar biasa. Kuncinya memang sering latihan. Tidak ada yang langsung baik. Butuh terus berlatih agar yang awalnya biasa menjadi luar biasa
Baik, saya akan berikan satu lagi kunci menulis yang membuat menulis menjadi mudah, yaitu MENULIS SECARA NGEMIL. Sedikit demi sedikit.
Saya nyaris setiap hari menulis beberapa jenis tulisan. Tidak banyak. Untuk blog atau Kompasiana, saya menarget 3-5 paragraf. Untuk artikel jurnal, saya menarget 1 paragraf. Itu target minimal. Itu yang saya perjuangkan.
Pagi saya menulis artikel jurnal 1 paragraf. Sampai di kantor saya menulis untuk blog. Paling 1-2 paragraf.
https://www.spirit-literasi.id/2022/04/jejak-dari-bukittinggi-dari-ngarai.html
Ini tadi yang dicari ya Bu Saya kira 4 hal itu saja yang saya sampaikan. Itu mudah untuk dipraktikkan. Kalau jenis tulisan ilmiah, beda lagi.
Mau tanya Bu, saya Dewi dari Seruyan Kalteng. Kadang banyak orang yang menganggap menulis itu susah dengan barbagai macam alasan, bagaimana caranya agar kita bisa memberikan keyakinan kpd mareka bahwa menulis itu sebenarnya tidak susah? Sehingga kita bisa mengajak orang2 disekitar kita juga menyukai literasi terutama menulis ini. Terimakasih
Baik. Pertanyaan menarik dari Bu Dewi di Kalteng. Saya sejauh ini berpikir terbalik. Saya mewajibkan diri saya terus menulis. Orang lain itu tidak saya paksa untuk menulis. Jika saya menjadi teladan, mereka akan terinspirasi dan mengikuti. Sejauh ini saya memiliki banyak sekali "murid" yang menulis setiap hari. Ya, setiap hari.
Contoh penulisan jurnal: ada.
https://www.spirit-literasi.id/2022/08/menulis-penelitian-dan-artikel-jurnal.html.
https://scholar.google.co.id/citations?user=SbPI0fkAAAAJ&hl=id&oi=ao
Ini Google Scholar saya. Silahkan baca sekian puluh eh sekian ratus artikel jurnal saya.
Nama: *Evridus Mangung- dari NTT* P1. Menulislah hal-hal sederhana. Ini pernyataan yang keren dari narsum malam ini. Pertanyaannya adalah bagaimana cara untuk mengatasi hal-hal seperti kesulitan memulai menulis pada alinea awal. Sudah ada gagasan dalam kepala tetapi tidak tahu bagaimana menulisnya. Hal ini terjadi di awal-awal sebelum menulis pargaraf pertama dalam tulisan.
Terima kasih. Saya cukup sering membaca puisi beliau. Kesulitan itu biasanya karena persoalan psikologis. Takut jelek, takut salah, dan seterusnya. Itu harus dilawan. Caranya pokoknya ya ditulis. Bisa dilihat dari blog saya. Saya selalu mengawali tulisan dengan prolog sederhana. Ini sebagai pintu masuk untuk paragraf demi paragraf berikutnya. Kata salah seorang penulis: cara melawan kesulitan adalah dengan melakukan.
Imro'atus Sholihah_MTsN 4 Jombang Jatim Bagaimana agar menulis itu benar-benar mudah?
Kapan hari itu ketemu beliau saat saya menguji disertasi Kepala Madrasah beliau. Baik, langkah awalnya itu dipaksa. Ya, tidak ada yang benar-benar mudah dalam hidup ini. Saya bisa naik sepeda itu karena dipaksa. Ya, beberapa kali jatuh. Tapi sekarang benar-benar mudah. Ndak mikir.
Dulu saya berjalan saat kecil itu juga dipaksa oleh orang tua. Sekarang benar-benar mudah. Jadi jika menulis ingin benar-benar mudah, paksalah untuk menulis setiap hari. Jika mampu menulis setiap hari selama tiga bulan, buktikan nanti akan ketagihan.
Assalamu'alaikum. Prof. melihat 2 blog yang dikirim, saya melihat dari segi penulisan. EYD dan rapi pada blog yang ke 2, dibanding blog 1. dan perbandingan di kompasiana.
Apakah dalam penulisan blog ada aturan yang mengikat? atau suka-suka kita, karena saya lihat tulisan pada blog rapi, pakai rerata tengah, sedangkan pd kompasiana rerata kiri padahal sdh diedit beberapa kali oleh Prof.
Semua tulisan saya usahakan untuk saya edit sebaik mungkin. Blog pertama: blogspot. Ini blog gratis. Jadi tata letak dan sebagainya sederhana. Blog kedua: spirit literasi itu berbayar. Jadi lebih bagus dari sisi isi dan tata letak. Kalau Kompasiana, saya tidak tahu. Tahunya saya unggah tulisan, sudah.
Pertanyaan dari Teguh Wiyono Bekasi Jika menyimak paparan prof. Sepertinya menulis itu memang mudah.
Namun sering kali, kita terjebak dengan ego kita.. masa tulisan yang diangkat cuma kayak gitu..bagaimana menyikapi hal ini prof?
Lawan terbesar penulis adalah diri sendiri. Itu butuh perjuangan. Saya juga mengalaminya. Seiring perjalanan waktu, saya mengabaikan itu. Pokoknya saya menulis saja. Kualitas itu akan meningkat seiring dengan banyaknya karya yang kita hasilkan. Tentu juga harus belajar tanpa henti. Saya sampai sekarang masih terus belajar, mencari informasi, menonton YouTube, membaca, dan terus menulis. Jadi teruslah menulis. Bagaimana kualitas bisa meningkat jika berhenti menulis?
Jika nulisnya nyicil, saya sering kehilangan orientasi, jadi mesti ngumpulin lagi bayangan tentang apa yang tadi mau ditulis. Adakah cara untuk mengatasinya?
Tentu ada. Jadi biasakan membuat TEMPLATE atau semacam ancangan (kerangka) sederhana saat membiasakan menulis secara nyicil. Misalnya: Saya mau menulis tentang: EMPAT HAL YANG MUDAH DITULIS. Paragraf satu: buat panduan: Menulis Itu mudah apa sulit?
Paragraf 2: Menulis yang dialami.Paragraf 3: Menulis Perjalanan Dan seterusnya.
Jadi setiap paragraf sudah ada kata kuncinya biar tidak liar ke mana-mana. Itu memudahkan kita dalam mengeksekusi ide saat memilih metode NYICIL
Assalamualaikum Pak...sy Sri Mulyati dr Cirebon...klau kita menulis setiap hari secara Ngemil...apakah dgn judul yang berbeda bisa d buat sebuah buku???mksh
Waalaikumsalam. Sangat bisa. Tinggal tulisan demi tulisan dikumpulkan. Diberi judul, kata pengantar, daftar isi dan biodata penulis. Sudah jadi buku. Banyak buku, termasuk beberapa buku saya, yang merupakan kumpulan dari menulis setiap hari
Assalamualaikum, Ibu Lely. Saya Eka Yulia dari Kalteng, titip pertanyaan untuk Prof. Ngainun.
Menurut Prof, ketika kita akan menulis dengan tujuan untuk di share di blog atau media manapun yang nantinya akan dibaca banyak orang, sebaiknya mengambil tema harian yang kita alami (seperti kiat dari Prof.) Atau mengangkat tema yang tengah booming?
Waalaikumsalam. Bisa dua-duanya. Intinya pilihlah yang kita bisa. Jika booming tetapi ndak bisa menyelesaikan tulisan ya jangan dipilih. Tulislah sesuai yang kita mampu.
https://www.youtube.com/watch?v=xliu1sCtkAQ
Bagaimana cara memunculkan ide supaya bisa menulis dengan sudut pandang yang berbeda, intinya punya kesan yg lebih bermakna?
Banyak membaca. Banyak berlatih. Terus menulis. Hanya itu cara yang saya praktikkan. Tidak ada yang instan.
Assalamu'alaikum. Saya Rahman Dari Sumenep Madura. Ijin bertanya Prof. Ditengah kesibukan Prof Naim masih bisa enjoy dan membagi waktunya walau dalam perjalanan masih bisa menghasilkan sebuah karya dan cerita yang bagus. Apakah ada hal yang bisa kami lakukan sebagai penulis pemula agar bisa rilek menulis. Terkadang konsentrasi buyar disaat asik menulis namun tiba-tiba ada gangguan datang tiba-tiba. Kedua, kami masih sulit membagi waktu. Terkadang butuh suasana sepi ide saya baru muncul dengan natural. Terima kasih
Waalaikumsalam. Saya berusaha menikmati semua yang saya kerjakan. Kesibukan itu bukan hambatan menulis. Kuncinya komitmen yang dijalankan dengan riang gembira. Jika ada orang beralasan sibuk lalu tidak menulis, saya hampir yakin ketika banyak waktu luang pun juga tetap tidak menulis.
Konsentrasi itu soal latihan. Sebaiknya memang ketika menulis, HP dimatikan. Itu gangguan terbesar. Jadi fokuslah dan teruslah berlatih.
Saya pemula dalam menulis, tapi koq nafsu banget nulis yang berat berat, dan betul hasilnya gak pernah selesai _tuh_ tulisan....
Bagaimana cara menundukkan nafsu tersebut prof
Nafsu itu bukan untuk dibunuh tetapi dikelola. Sekarang turunkan target. Jangan yang berat dulu. Imbangi yang sederhana dan ringan tetapi selesai. Itu namanya tulisan berbasis otak kanan. Nah, yang berat itu basisnya otak kiri. Mulainya sebaiknya dari otak kanan. Nanti yang otak kiri akan ikut dengan sendirinya. Selamat mencoba.
Izin bertanya bun
saya Candra dari Jakarta
saya ingin bertanya Prof ..Apakah metode menulis mengemil ini efektif prof , terutama bagi kami yg pemula adakah
Metode itu alat. NGEMIL itu metode. Efektif atau tidak itu ya tergantung kita yang menerapkan. Kalau untuk saya dan beberapa penulis, cukup efektif. Bisa simak jawaban saya untuk pertanyaan ke enam.
Prof, Jika menulis dari hal-hal yang kita alami, apabila yang kita alami begitu datar, biasa-biasa saja, tidak ada yang spesial, bagaimana tulisan kita menjadi menarik untuk dibaca?
Bagaimana cara menjadikan apa yang kita alami itu menjadi sesuatu yang spesial, yang bisa dijadikn ide untuk menulis?
Menjadikan cerita tidak spesial menjadi spesial bagaimana prof?
Waalaikumsalam. Tentu harus banyak membaca, mengamati dan menganalisis tulisan demi tulisan orang yang menulis hal-hal semacam ini. Membaca itu amunisi menulis. Banyak membaca membuat imajinasi kita kaya. Pilihan kosakata bervariasi. Data biasa mampu diolah secara luar biasa. Kuncinya memang sering latihan. Tidak ada yang langsung baik. Butuh terus berlatih agar yang awalnya biasa menjadi luar biasa
Prof, Jika menulis dari hal-hal yang kita alami, apabila yang kita alami begitu datar, biasa-biasa saja, tidak ada yang spesial, bagaimana tulisan kita menjadi menarik untuk dibaca?
Bagaimana cara menjadikan apa yang kita alami itu menjadi sesuatu yang spesial, yang bisa dijadikn ide untuk menulis?
Menjadikan cerita tidak spesial menjadi spesial bagaimana prof?
Sama dengan yang ke-14 Bu
Nama : Nurmiati dari Temanggung
Pada pemaparan materi yang telah disampaikan Prof kita pada awalnya menulis bebas saja, Pertanyaannya saya (1) kapan kita harus mengutip karya orang lain? bagaimana tips mengutip karya orang lain?
(2) Bagaimana mensiasati buku rujukan harus yang terbaru, sedangkan buku cetak terbitan lama?
Terimakasih atas jawabannya Prof
Kalau ini sudah masuk kategori ilmiah populer, seperti beberapa tulisan saya di Kompasiana. KApan harus mengutip? Ya ketika kita memang merujuk ke pikiran orang lain di sebuah buku. Jika itu memang murni pikiran kita ya tidak perlu mengutip. Syaratnya harus betul-betul pikiran kita. (2) Sekarang ini tersedia banyak sumber referensi online.
https://scholar.google.co.id/
https://www.mendeley.com/
https://www.academia.edu/
Di situs itu banyak buku dan artikel yang bisa kita download gratis. Itu mengatasi buku cetak lama
Saya Dyah dari Kabupaten Bandung Barat
saya penulis pemula, jadi masih banyak rasa takut untuk memposting tulisan di blog, apakah ada etika menulis secara online? karena tulisan kita dibaca oleh orang banyak, takutnya ada yang tersinggung dsb
Sepanjang tulisan itu karya kita yang tidak bertentangan dengan SARA, ya tidak masalah. Musuh terbesar penulis itu diri sendiri. Misalnya takut, malu, kuatir dan sejenisnya jika tulisan kita diposting. Jika ingin jadi penulis, abaikan hal-hal semacam itu. Dikritik, biasa. Itu sarana untuk memperbaiki tulisan kita. Saya sudah kenyang kritikan dan review. Justru itu, menurut saya, jalan untuk maju.
Dulu saya semangat sekali untuk menulis, dari ketika anak saya baru satu, dan ketika itu status saya masih guru honorer, ide saya selalu muncul tentang artikel parenting dan dongeng anak. Saya juga sudah menulis dua buku tunggal dan 18 buku antologi dengan tim komunitas penulis kab Bekasi. Saya juga pernah menjadi editor. Namun sekarang ini setelah saya diangkat menjadi ASN PPPK, saya sibuk dengan pekerjaan, tidak ada motivas
Dulu saya semangat sekali untuk menulis, dari ketika anak saya baru satu, dan ketika itu status saya masih guru honorer, ide saya selalu muncul tentang artikel parenting dan dongeng anak. Saya juga sudah menulis dua buku tunggal dan 18 buku antologi dengan tim komunitas penulis kab Bekasi. Saya juga pernah menjadi editor. Namun sekarang ini setelah saya diangkat menjadi ASN PPPK, saya sibuk dengan pekerjaan, tidak ada motivasi di lingkungan kerja tentang kepenulisan, dan juga saat ini saya dikaruniai 5 orang anak yg semuanya masih di bawah umur. Ide saya selalu muncul, tapi saya kehabisan waktu dan tenaga untuk menulis. Bagaimana cara untuk mempertahankan ide?Supaya tidak lupa
Segera eksekusi. Manfaat jeda waktu. Jaga semangat. Yakinlah bahwa menulis itu memberikan barakah hidup.
Assalamualaikum saya sugiharto dari MAN 1 brebes, izin bertanya prof. Sebaiknya kita menulis dulu baru menentukan judul, atau menentukan judul baru menulis? Terimakasih
Waalaikumsalam. Tidak ada patokan. Kondisional.
Saya agustin dari Jakarta,
Setiap perjalanan kita bisa tuliskan... Spt yg disampaikan prof.
Prof... Apakah tulisan yg kita tuliskan harus mengalir begitu saja dengan melihat apapun? Lalu, haruskah tulisan kita ada kandungan manfaat atau hikmah untuk pembaca?
Karena, banyak tulisan yg sy baca, kosong seperti tulisan saya prof.
Bagaimana Prof menanggapinya?
Silahkan baca artikel saya ya Mbak Agustin https://www.spirit-literasi.id/2022/11/strategi-menulis-tentang-perjalanan.html.
Bagaimana supaya tulisan yang kita tulis dimuat di jurnal.
Karena Kompasiana tidak bisa jadi angka kredit. Jurnal sudah pasti bisa.
Baca artikel saya ini. https://www.spirit-literasi.id/2022/09/slot-dan-waktu-terbit.html
Ada beberapa tulisan saya di blog itu, silahkan kunjungi
1. Banyak sekali yang ingin saya tulis, dan kalimat demi kalimat sudah berlalu lalang di kepala....tapi untuk menuangkan menjadi tulisan sulit rasanya.
Lalu dipaksa untuk menulis namun kalimatnya jadi tidak runtut.
Bagaimana cara mengatasinya ?
2. Kalau kita menulis kegiatan orang lain, atau pengalaman hidup orang lain , apakah dalam etika menulis itu dibolehkan.?Apakah ketika kita menuliskannya disebutkan nama , tempat dll nya ....seperti sebuah berita?
Ataukah bisa kita ubah menjadi cerita fiksi ?( Namanya disamarkan )
(1) Menulis itu ada tahapan setelah menuangkan ide dalam kalimat, yaitu EDITING. Di sini tugas kita merapikan yang tidak runtut. Menyambungkan yang tidak nyambung. Jadi kalau saat menulis masih kacau tidak apa-apa. Nanti kita perbaiki saat editing.
(2) Sebaiknya izin.
Prof.. tadi ada pertanyaan sejenis ini apa belum prof..?
Pertanyaan: Adakah syarat atau ketentuan agar tulisan bisa dimuat di jurnal?
https://www.spirit-literasi.id/2022/09/kunjungi-jurnal-tujuan.html, https://www.spirit-literasi.id/2022/09/penyebab-penolakan-artikel-jurnal.html, https://www.spirit-literasi.id/2022/09/dari-lima-belas-menit-hingga-lima-belas.html, Baca artikel-artikel tersebut ya.
Assalamualaikum....Wahyuning dari Jakarta... ngemil menulis sering saya lakukan baik di blog, kompasiana, maupun di komputer saja. Tapi, ketika dipilah2 untuk menjadikannya sebuah buku, saya malah bingung untuk membuat judul yang tepat. Bagaimana menentukan judul buku yang tepat dari cemilan tulisan tersebut? Terima kasih. Salam hormat pak Yai
Waalaikumsalam. Bisa memakai judul umum. Misalnya KOMPILASI CATATAN HARIAN. Jadi temanya kan sangat umum. Pilihan lainnya, mulai sekarang coba rancang bab demi bab yang temanya berdekatan, lalu cicil secara ngemil, jadinya nantinya mudah jika dijadikan sebagai buku
Lit H R UTAMI: HR. Utami_Semarang_tanya: Kita sering mendapatkan motivasi serupa ini ya, 'Menulis Itu mudah', "Menulislah setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi' (mantra sakti OmDok Jay. 'Mulailah dari yang sederhana, yang dilihat, dialami", dan banyak lagi. Persoalannya, menuangkan begitu saja, kemudian published apa bisa dilakukan terus menerus. ASpa tidak perlu mengoreksi bahasa (diksi, dan perangkat bahasanya? Jika bukan kita yang merawat bahasa kita, siapa lagi? lama-lama bahasa Indonesia bisa rusak dong. Bagaimana, Prof.? Matur nuwun.
Menulis setiap hari bukan berarti tanpa editing. Ibu bisa simak penjelasan saya di atas. Aspek yang penting dari menulis itu adalah kemampuan mengeluarkan ide dan gagasan menjadi tulisan. Ini jangan dipagari dulu dengan teori ini dan itu. Berani dulu. Artinya, ini tahapan yang belum selesai. Nah, setelah tulisan jadi, baru diedit. Itu dua hal berbeda. Jika menulis itu diawali dari harus begini, harus begitu, maka jadinya kayak mahasiswa yang menulis skripsi itu. Takut salah. Takut ini itu. Jadinya ya nggak jadi-jadi.
Mohon maaf Prof ngainun naim.
Dari penjelasan Prof, itu sepertinya sangat mudah, tetapi kenyataan kita kesusahan untuk memulai nya, bagaimana cara menghilangkan rasa takut, dan malas pada diri kita?
Karena kebanyakan merasa takut tulisan nya jelek, takutnya tulisanya tidak ada yang baca, takut tulisannya tidak besumber, mohon pencerahannya Prof! Terima kasih sebelum dan sesudahnya
Awalnya dipaksa. Lawan ketakutan. Jika tidak dipaksa, tetap tidak akan bisa. Bangun komitmen menulis setiap hari. Jika mampu komitmen selama tiga bulan, nanti bisa menjadi tradisi. Selamat mencoba
Mohon maaf mau bertanya, bagaimana agar ketika menulis kegiatan sehari-hari atau peristiwa yang kita alami, bisa lebih berwarna dan tidak membosankan saat dibaca. Mksh
Waalaikumsalam. Tentu harus banyak membaca, mengamati dan menganalisis tulisan demi tulisan orang yang menulis hal-hal semacam ini. Membaca itu amunisi menulis. Banyak membaca membuat imajinasi kita kaya. Pilihan kosakata bervariasi. Data biasa mampu diolah secara luar biasa. Kuncinya memang sering latihan. Tidak ada yang langsung baik. Butuh terus berlatih agar yang awalnya biasa menjadi luar biasa
Assalamu'alaikum, selamat malam Prof. Saya yulis setya Ningsih, dari Banyuwangi Mohon ijin bertanya terkait dengan 1.menulis seri, atau cerita bersambung apakah bisa?
2.kisah nyata teman yang ingin diunggah menjadi tulisan, bagaimana kita menjaga privasi dalam kisah nyata seseorang yang ingin di sharingkan dalam bentuk tulisan
Waalaikumsalam. Mohon maaf, saya tidak menguasai tema semacam ini Mbak Yulis. Jadi saya tidak berani menjawab. Sekali lagi mohon maaf.
Kalau apa yang kita alami selalu dituliskan apalagi di posting di medsos misal blog, apa plus minusnya Pak Ngainun, ada kemungkinan menimbulkan komentar negatif juga (dikira sok eksis) bagaimana menyikapinya, terima kasih
Semua yang kita lakukan lalu kita unggah di media sosial itu pasti akan dinilai berbeda-beda. Tidak mungkin semua menilai plus. Tulisan saya, misalnya, juga demikian. Sepanjang niat kita baik dan isinya juga baik, Insyaallah bermanfaat jika diunggah di media sosial.
Menulis hal-hal yang dialami dengan cara ngemil apakah berlaku juga bagi kisah perjalanan atau rekreasi? Mengingat jika kita menuliskan kisah perjalanan saat bbrp waktu sudah selesai melakukan perjalanan tsb maka nuansa/greget cerita kita kurang terasa.
(1) Saya sering menulis kisah perjalanan secara ngemil. https://www.spirit-literasi.id/2022/12/surabaya-sunan-bungkul-dan-jejak-ilmiah.html Tulisan ini selesai dalam 4 hari.
Bukan tulisan yang panjang, tetapi saya memang menulisnya secara ngemil di sela mengajar, menguji, review riset, dan banyak kegiatan lainnya.
Soal menarik atau tidak, greget atau tidak, ya itu memang kembali kepada kemauan kita untuk terus mengasahnya. Namun ada juga yang selesai dalam sebuah perjalanan.
Ini misalnya https://ngainun-naim.blogspot.com/2019/08/empat-keunikan-shalat-jumat-di-masjid.html
Alhamdulillah. Semoga bermanfaat. Mari praktik menulis. Teori menulis itu mudah. Apa betul mudah? Mari menulis.
Kita lanjutkan ke sesi penguatan - penguatan di akhir pertemuan kita Prof..
MARI MENULIS.
2.kisah nyata teman yang ingin diunggah menjadi tulisan, bagaimana kita menjaga privasi dalam kisah nyata seseorang yang ingin di sharingkan dalam bentuk tulisan
Waalaikumsalam. Mohon maaf, saya tidak menguasai tema semacam ini Mbak Yulis. Jadi saya tidak berani menjawab. Sekali lagi mohon maaf.
Kalau apa yang kita alami selalu dituliskan apalagi di posting di medsos misal blog, apa plus minusnya Pak Ngainun, ada kemungkinan menimbulkan komentar negatif juga (dikira sok eksis) bagaimana menyikapinya, terima kasih
Semua yang kita lakukan lalu kita unggah di media sosial itu pasti akan dinilai berbeda-beda. Tidak mungkin semua menilai plus. Tulisan saya, misalnya, juga demikian. Sepanjang niat kita baik dan isinya juga baik, Insyaallah bermanfaat jika diunggah di media sosial.
Menulis hal-hal yang dialami dengan cara ngemil apakah berlaku juga bagi kisah perjalanan atau rekreasi? Mengingat jika kita menuliskan kisah perjalanan saat bbrp waktu sudah selesai melakukan perjalanan tsb maka nuansa/greget cerita kita kurang terasa.
(1) Saya sering menulis kisah perjalanan secara ngemil. https://www.spirit-literasi.id/2022/12/surabaya-sunan-bungkul-dan-jejak-ilmiah.html Tulisan ini selesai dalam 4 hari.
Bukan tulisan yang panjang, tetapi saya memang menulisnya secara ngemil di sela mengajar, menguji, review riset, dan banyak kegiatan lainnya.
Soal menarik atau tidak, greget atau tidak, ya itu memang kembali kepada kemauan kita untuk terus mengasahnya. Namun ada juga yang selesai dalam sebuah perjalanan.
Ini misalnya https://ngainun-naim.blogspot.com/2019/08/empat-keunikan-shalat-jumat-di-masjid.html
Alhamdulillah. Semoga bermanfaat. Mari praktik menulis. Teori menulis itu mudah. Apa betul mudah? Mari menulis.
Kita lanjutkan ke sesi penguatan - penguatan di akhir pertemuan kita Prof..
MARI MENULIS.
Nara Sumber : Prof. Dr. Nginun Naim
Moderator : Laeli Suryani, S.Pd.SD
Pertemuan Ke -9
Lengkap sekali dan keren
BalasHapusKeren.bu....resume yang sangat memotivasi
BalasHapusTerimakasih
HapusLengkap sekali resumnya bgs bgt
BalasHapusResume yang panjang dan lengkap
BalasHapusMantap resumenya👍🏻
BalasHapus