Tokoh motivational speaker terkenal dari Amerika John Maxwell , menggambarkan passion sebagai “the fuel for will’ atau bahan bakar untuk kemauan. Dalam artian passion mengubah “keharusan” menjadi “kemauan”.
Jadi ketika kita sangat menginginkan sesuatu, kita akan menemukan tekad untuk melakukannya dan tidak akan berhenti sampai benar-benar mencapainya.
Karya ilmiah ternyata bisa dijadikan buku, inilah yang digeluti oleh Eko Daryono, S.Pd. Eko dikenal dengan julukan Sang Pena Lereng Lawu. Sosok pria paruh baya kelahiran Provinsi Jawa Tengah tanggal 20 Desember 1975. Eko sampai saat ini memiliki banyak karya tulis baik solo maupun antologi.
Profil Menulis Buku dari Karya Ilmiah Eko Daryono, S.Pd dapat dipantau pada blognya
https://maseko1275.blogspot.com/2021/11/profil.html
Pembuka kegitan naras umber menyampaikan terima kasih kepada IGTIK (Ikatan Guru Teknologi Informasi dan Kominikasi) PGRI, founder KBMN (Kelas Belajar Menulis Nusantara) PGRI, Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd. atas undangan untuk menjadi salah salah satu narasumber KBMN ke 28.
Selanjutnya nara sumber jugas beterimakasih kepada Ibu Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH serta Ibu Dra Sri Sugiastuti, M.Pd. Berkat Allah mempertemukannya dengan kedua dan pada akhirnya ia menjadi narasumber berbagai event kegiatan menulis
Ia menyampaikan rasa kagum kepada peserta KBMN (Kelas Belajar manulis Nusantara ) sudah memasuki Angkatan ke-28. pesertanya lebih dari 1000 orang.
Eko berharap semoga semua peserta yang berada di group ini meluruskan niat untuk belajar dan memperteguh minat untuk menerbitkan buku khususnya solo.
Eko merupakan bagian dari akademiny Dr, Wijaya Kusumah, seluk founder KBMN pada masa itu ia masuk pada alumnu ke-12.
Berkat tantangan menulis dari para narasumber akhirnya ia terjun menjadi salah satu pemateri
Eko menyampikan materinya yang berjudul Menulis Buku dari Karya Tulis Ilmiah, Lebih tepatnya Menerbitkan buku dari Karya Tulis Ilmiah.
Menurutnya Tema yang sekilas teoristis dan bikin pusing mengingat tidak ada standarisasi konversi KTI menjadi buku.
Namun demikian, dari berbagai pengalaman yang telah disampaikan oleh para Widyaiswara, Peneliti LIPI, Pakar Menulis akhirnya mengerucut pada standar isi buku.
Meski demikian, standar tersebut sifatnya tetap fleksibel. Beda penulis kadang beda persepsi.
Eko menyampikan materinya yang berjudul Menulis Buku dari Karya Tulis Ilmiah, Lebih tepatnya Menerbitkan buku dari Karya Tulis Ilmiah.
Menurutnya Tema yang sekilas teoristis dan bikin pusing mengingat tidak ada standarisasi konversi KTI menjadi buku.
Namun demikian, dari berbagai pengalaman yang telah disampaikan oleh para Widyaiswara, Peneliti LIPI, Pakar Menulis akhirnya mengerucut pada standar isi buku.
Meski demikian, standar tersebut sifatnya tetap fleksibel. Beda penulis kadang beda persepsi.
Eko mulai memaparkan apa KTI (Karya Tulis Ilmiah) itu?
KTI dalam Peraturan Kepala LIPI Nomor 2, Tahun 2014 tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah.
Apa sajakah yang termasuk KTI?
Secara umum KTI ada dua yaitu KTI Nonbuku dan KTI Buku
KTI Nonbuku antara lain :
- KTI bidang akademis untuk mendapatkan gelar : tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi
- KTI hasil penelitian : PTK, PTS, best practice, makalah, artikel, jurnal
- KTI berupa ulasan atau resensi
- Buku Bahan Ajar : diktat, modul, buku ajar, buku referensi
- Buku Pengayaan : monografi, buku teks, buku pegangan, buku panduan
- Buku kompilasi : bunga rampai, prosiding
Bagaimana struktur penulisan KTI?
Umumnya seperti struktur bab berikut ini :
Struktur pada gambaran atas umumnya dijadikan sebagai standar dalam Menyusun bab-bab dalam KTI meskipun untuk KTI sejenis skripsi, tesis, desertasi, tugas akhir memiliki gaya yang berbeda di setiap kampus.
Apa sih perbedaan laporan KTI dan KTI yang dikonversi menjadi buku?
Secara subtansi isi, tidak ada perbedaan isi laporan KTI dengan isi buku hasil konversinya. Karena sejatinya isi buku mencerminkan keseluruhan isi laporan KTI
Narasumber memaparkan secara sistematika, tentunya penulisan KTI dengan penulisan buku tentu berbeda. Ada penyesuaian-penyesuaian sistematika KTI yang dikonversi menjadi buku dengan tujuan agar kesannya tidak kaku. Misalnya penomoran tiap sub bab-sub bab
Secara Bahasa, meski sama-sama ilmiah, hasil konversinya tentu harus dimodifikasi sehingga Bahasa dalam bukunya lebih luwes, bersifat lugas dan tidak lagi mencantumkan kata-kata seperti penelitian ini, peneliti, teman sejawat, penulis
Bagaimana cara mengkonversi KTI menjadi buku?
Cara mengkonversi KTI menjadi buku menurut nara sumber
Apa sih perbedaan laporan KTI dan KTI yang dikonversi menjadi buku?
Secara subtansi isi, tidak ada perbedaan isi laporan KTI dengan isi buku hasil konversinya. Karena sejatinya isi buku mencerminkan keseluruhan isi laporan KTI
Narasumber memaparkan secara sistematika, tentunya penulisan KTI dengan penulisan buku tentu berbeda. Ada penyesuaian-penyesuaian sistematika KTI yang dikonversi menjadi buku dengan tujuan agar kesannya tidak kaku. Misalnya penomoran tiap sub bab-sub bab
Secara Bahasa, meski sama-sama ilmiah, hasil konversinya tentu harus dimodifikasi sehingga Bahasa dalam bukunya lebih luwes, bersifat lugas dan tidak lagi mencantumkan kata-kata seperti penelitian ini, peneliti, teman sejawat, penulis
Bagaimana cara mengkonversi KTI menjadi buku?
Cara mengkonversi KTI menjadi buku menurut nara sumber
Memodifikasi Judu!
Judul KTI umumnya mengandung unsur : variabel penelitian, objek penelitian, dan seting penelitian (baik tempat maupun waktu).
Judul buku hasil konversi seperti judul buku-buku yang punya daya tarik dan daya jual harus menarik, unik, mudah diingat, dan mencerminkan isi buku. Kemenarikan judul buku sifatnya subjektif.
Memodifikasi Sistematika dan Gaya Penulisan
KTI Nonbuku yang berupa laporan hasil penelitian umumnya ditulis dengan sistematika dan penomoran yang baku seperti yang telah saya uraikan di atas.
Nah, pada saat laporan tersebut dikonversi menjadi buku, maka harus dimodifikasi gayanya sesuai dengan gaya penulisan buku. Tidak tampak lagi adanya sub bab-sub bab yang membuat isi buku seolah-olah terpisah-pisah
Modifikasi Bab I
Bab I yang biasanya Pendahuluan boleh tetap dipertahankan judulnya dengan Pendahuluan , boleh Pembuka atau kata lain yang menggambarkan kemenarikan buku.
Pada konversi PTK yang dibuat, selanjutnya rubah pendahuluan dengan FENOMENA PEMBELAJARAN TIK yang tentunya berisi mengenai fenomena sebagaimana isi poin latar belakang dalam naskah laporan aslinya ditambah dengan fenomena kekinian agar pentingnya isi buku dapat ditonjolkan sejak awal sehingga pembaca merasa tertarik untuk membaca keseluruhan isi buku
Adapun secara struktur, tidak diperlukan lagi sub bab - sub bab seperti latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat dalam bentuk angka-angka. Fokusnya lebih mengeksplor latar belakang
Modifikasi Bab II
Judul KTI umumnya mengandung unsur : variabel penelitian, objek penelitian, dan seting penelitian (baik tempat maupun waktu).
Judul buku hasil konversi seperti judul buku-buku yang punya daya tarik dan daya jual harus menarik, unik, mudah diingat, dan mencerminkan isi buku. Kemenarikan judul buku sifatnya subjektif.
Memodifikasi Sistematika dan Gaya Penulisan
KTI Nonbuku yang berupa laporan hasil penelitian umumnya ditulis dengan sistematika dan penomoran yang baku seperti yang telah saya uraikan di atas.
Nah, pada saat laporan tersebut dikonversi menjadi buku, maka harus dimodifikasi gayanya sesuai dengan gaya penulisan buku. Tidak tampak lagi adanya sub bab-sub bab yang membuat isi buku seolah-olah terpisah-pisah
Modifikasi Bab I
Bab I yang biasanya Pendahuluan boleh tetap dipertahankan judulnya dengan Pendahuluan , boleh Pembuka atau kata lain yang menggambarkan kemenarikan buku.
Pada konversi PTK yang dibuat, selanjutnya rubah pendahuluan dengan FENOMENA PEMBELAJARAN TIK yang tentunya berisi mengenai fenomena sebagaimana isi poin latar belakang dalam naskah laporan aslinya ditambah dengan fenomena kekinian agar pentingnya isi buku dapat ditonjolkan sejak awal sehingga pembaca merasa tertarik untuk membaca keseluruhan isi buku
Adapun secara struktur, tidak diperlukan lagi sub bab - sub bab seperti latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat dalam bentuk angka-angka. Fokusnya lebih mengeksplor latar belakang
Modifikasi Bab II
Susunan bab dan sub bab di atas saya rubah dalam gaya penulisan buku sehingga menjadi beberapa bab, yaitu :
Modifikasi Bab III
Substansi bab 3 sebenarnya lebih terfokus pada metode, teknik pengumpulan data (instrumen) serta analisis data. Jika berupa PTK berisi langkah-langkah tindakannya.
Ada beberapa alternatif yang dapat diterapkan. Benar-benar menghilangkan bab III, menginclude bab 3 di bab 2 atau menarasikan bab 3 di awal bab pembahasan
Menghilangkan bab 3 maksudnya keseluruhan isi bab 3 dihilangkan, sebab bunyi bab 3 sebenarnya bisa dicermati dari isi pembahasannya
Menginclude bab 3 di bab 2 maksudnya konsep pokok terpenting dari bab 3 digabung dalam bab 3.
Menarasikan bab 3 di awal bab pembahasan maksudnya menyampaikan substansi isi bab 3 sebagai awal pembahasan
Namun narasi tersebut butuh kehati-hatian. Jika untuk kepentingan kenaikan pangkat bagi guru ASN, maka narasi tersebut perlu dipertimbangkan untuk dicantumkan
Paling menantang bagian ini...
Menurut hemat Eko butuh ekstra di bagian Bab III. Memang butuh mentoring untuk editingnya
Modifikasi Bab IV
Bagian ini sejatinya merupakan bagian inti isi buku, sesuai dengan judul buku. Bab IV tidak lagi menggunakan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan, namun disesuaikan dengan konteks buku. Judul buku menjadi pilihan sebagai judul Bab IV
Dalam contoh yang ia berikan, Bab VI STRATEGI TIM QUIZ DALAM PEMBELAJARAN TIK.
Pada buku bab IV dapat dimasukkan tabel, grafik, foto-foto kegiatan maupun hasil penelitian yang menyatu dalam buku. Bab IV tidak lagi berisi data mentah seperti nilai dari setiap siswa berikut namanya. Foto pun hanya sekedar yang dibutuhkan sebagai pendukung.
Modifikasi Bab V
Pada laporan hasil penelitian, bab V biasanya diberi judul PENUTUP. Judul tersebut dapat dipertahankan.
Hanya saja, isi bab tidak hanya simpulan dan rekomendasi (saran) saja, namun ditambahkan temuan yang terkait dengan hasil penelitian.
Pak Eko pernah mengedit desertasi yang bagian penutupnya komplit terkait dengan implikasi substansi isi buku.
Modifikasi Lampiran
Lampiran yang disertakan hanyalah instrument penelitian atau data matang yang mendukung, bukan data-data mentah.
Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat mengkonversi KTI menjadi buku?
Pertama, keaslian laporan hasil penelitian.
Menurut hemat Eko butuh ekstra di bagian Bab III. Memang butuh mentoring untuk editingnya
Modifikasi Bab IV
Bagian ini sejatinya merupakan bagian inti isi buku, sesuai dengan judul buku. Bab IV tidak lagi menggunakan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan, namun disesuaikan dengan konteks buku. Judul buku menjadi pilihan sebagai judul Bab IV
Dalam contoh yang ia berikan, Bab VI STRATEGI TIM QUIZ DALAM PEMBELAJARAN TIK.
Pada buku bab IV dapat dimasukkan tabel, grafik, foto-foto kegiatan maupun hasil penelitian yang menyatu dalam buku. Bab IV tidak lagi berisi data mentah seperti nilai dari setiap siswa berikut namanya. Foto pun hanya sekedar yang dibutuhkan sebagai pendukung.
Modifikasi Bab V
Pada laporan hasil penelitian, bab V biasanya diberi judul PENUTUP. Judul tersebut dapat dipertahankan.
Hanya saja, isi bab tidak hanya simpulan dan rekomendasi (saran) saja, namun ditambahkan temuan yang terkait dengan hasil penelitian.
Pak Eko pernah mengedit desertasi yang bagian penutupnya komplit terkait dengan implikasi substansi isi buku.
Modifikasi Lampiran
Lampiran yang disertakan hanyalah instrument penelitian atau data matang yang mendukung, bukan data-data mentah.
Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat mengkonversi KTI menjadi buku?
Pertama, keaslian laporan hasil penelitian.
Tindakan Plagiat tidak dibenarkan terlebih karya seperti PTK kadang tidak dicek keasliannya. Namun saat diterbitkan jadi buku, maka penulis harus yakin betul bahwa karya yang akan diterbitkan memang oroginal punya penulis sendiri
Kalau karya seperti skripsi, tesis apalagi desertasi akan langsung ketahuan jika plagiat karena sudah ada generate machine untuk pengecekannya
Kedua , menghindari kompilasi yang terlalu banyak
Include saja pendapat pada ahli yang mendukung substansi ini, sisanya mengembangkan dengan analisis dari sudut pandang penulis
Mengapa demikian, saat penulis menerbitkan buku dari hasil KTI-nya sedang otomatis dia sedang menyuguhkan bahan pustaka kepada pembaca
Kegiatan sekedar meng-copas pendapat asli para pakar perlu dihindari dengan mengubah gaya penulisan kutipan
Ketiga memilah dan memilih data yang dipublikasikan. Data matang saja yang disajikan agar buku berbobot dan tidak bombastis
Keempat, modifikasi bahasa buku
Hindari pemakaian penanda transisi menurut hal itu sesuai dengan pendapat lebih lanjut si A menyatakan berdasarkan hal tersebut. Termasuk menyebutkan kata penelitian ini, peneliti, bahkan penulis
Kelima, hindari pengambilan sumber kutipan berantai atau pendapat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Keenam, wajib menuliskan semua daftar Pustaka yang dipakai sebagai rujukan dalam buku untuk mendukung keabsahan buku.
Ketujuh, memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN khususnya jika akan dinilaikan untuk KP sesuai Buku 4 PKB.
Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014 menyatakan bahwa:
“Karya tulis ilmiah yang selanjutnya disingkat KTI adalah tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah.
Modifikasi
Kalau karya seperti skripsi, tesis apalagi desertasi akan langsung ketahuan jika plagiat karena sudah ada generate machine untuk pengecekannya
Kedua , menghindari kompilasi yang terlalu banyak
Include saja pendapat pada ahli yang mendukung substansi ini, sisanya mengembangkan dengan analisis dari sudut pandang penulis
Mengapa demikian, saat penulis menerbitkan buku dari hasil KTI-nya sedang otomatis dia sedang menyuguhkan bahan pustaka kepada pembaca
Kegiatan sekedar meng-copas pendapat asli para pakar perlu dihindari dengan mengubah gaya penulisan kutipan
Ketiga memilah dan memilih data yang dipublikasikan. Data matang saja yang disajikan agar buku berbobot dan tidak bombastis
Keempat, modifikasi bahasa buku
Hindari pemakaian penanda transisi menurut hal itu sesuai dengan pendapat lebih lanjut si A menyatakan berdasarkan hal tersebut. Termasuk menyebutkan kata penelitian ini, peneliti, bahkan penulis
Kelima, hindari pengambilan sumber kutipan berantai atau pendapat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Keenam, wajib menuliskan semua daftar Pustaka yang dipakai sebagai rujukan dalam buku untuk mendukung keabsahan buku.
Ketujuh, memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN khususnya jika akan dinilaikan untuk KP sesuai Buku 4 PKB.
Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014 menyatakan bahwa:
“Karya tulis ilmiah yang selanjutnya disingkat KTI adalah tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah.
Modifikasi
“Karya tulis ilmiah merupakan tulisan perseorangan atau kelompok dari hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan, ulasan, kajian, dan pemikiran sistematis yang yang memenuhi kaidah ilmiah (Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014)
Bisa kah Best Practice di jadikan buku?
Bisa banget
Menjadikan karya tulis menjadi Buku sepertinya membutuhkan "KEBERANIAN" bagaimana agar buku modifikasi kita tadi sesuai kaidah penulisan?
Dengan memahami kaidah penulisan buku termasuk didalamnya struktur dan kebahasaan buku.
Bagaimana dengan proposal P5, bisakah menjadi sebuah buku? Bagaimana tahapannya agar menjadi buku yang menarik?
Jika ingin membuat buku penerapan tema P5 didukung dengan aktivitas dan dokumentasi akan sangat menarik.
Kalimat pamungkas yang membakar semangat dari pak Eko Daryono
Jangan takut gagal sebelum mencoba. Berdayakan karya kita menjadi buku yang bermanfaat menjadi ladang amal kita
Prinsipnya agar kita mantap menjadikan KTI menjadi buku adalah : “Menulis itu olah kata dengan rasa, karena menulis seperti berbicara dan teman bicaranya adalah HATI.” Eko Daryono – Sang Pena Lereng Lawu. Kejujuran adalah hal yang utama.
Menulis Buku dari Karya Ilmiah
Senin, 16 Januari 2023
Nara Sumber : Eko Daryono, S.Pd
Moderator: Nur Dwi Yanti, S.Pd
Mantap, lengkap.... lanjut resume pertemuan berikutnya
BalasHapusSangat komplit, pake okan gurame
BalasHapusSangat menggigit, untuk suatu resume.
Terimakasih atas motivasinya, mudah mudahan
Hapusmantab pak
BalasHapus